Thursday, July 7, 2011

new song :)

ini judunya "Cinta Tak Terucap"
ini judulnya "YOU"
ini judulnya "mantan tak terlupa"

THAT'S ALL MY ORIGINAL SONGS :) 
ENJOYYYYYY !!!

Thursday, June 23, 2011

aku bukan siapa siapa

* aku bukan tentara yang siap siaga jagain kamu
* aku bukan dokter yang bisa sembuhkan setiap luka yang menyakiti hatimu
* aku bukan jaksa yang bisa tegas dengan suatu keputusan
* aku bukan seniman yang mampu lukiskan dirimu dalam budaya
* aku bukan pilot yang mampu lambungkan hatimu ke angkasa
* aku bukan akuntan yang bisa menghitung persentase keberhasilan di setiap kesempatan
* aku bukan orang farmasi yang mampu ciptakan penangkal racun cinta darimu
* aku bukan arsitek yg mampu membangun tempat indah di bagian kecil hatimu
* aku bukan presiden yang mampu memimpin pemerintahan republik hatimu
* dan aku juga bukan guru yang mampu mengajari arti cinta untukmu

Medyana Bonaldy

kado dari mama (PART 7)

Hari ini Aurora di ijinkan pulang ke rumahnya untuk memberikan salam trakhir untuk sang mama . Hari ini Risma Julia akan di makamkan di pemakaman keluarga . Seluruh kerabat , saudara dan tetangga tetangga datang menghadiri acara penguburan ini . Daniell Lucie juga sudah hadir di areal pemakaman. Tampak berdiri dengan Bernardo disampingnya. Mereka baru saja sampai tadi pagi setelah malamnya di hubungi oleh mbok Minah.
Kini Aurora berdiri di samping gundukan tanah merah yang menutupi peti jenazah mamanya. Matanya yang dahulu selalu memancarkan keceriaan , kini sembap karena terlalu banyak menangis . Walaupun sekarang ia sudah terlihat lebih tenang daripada sebelumnya . ia terlihat lebih tegar . Bernardo memeluknya dari belakang dan membelai kepalanya pelan.
Mbok minah datang menghampiri Aurora dan memberikan bungkusan plastik padanya .
“Non . ini titipan nyonya.” Katanya singkat lalu jalan berbalik .
Aurora menatap bungkusan itu lama . Lalu perlahan dibukanya . Sebuah kotak yang di bungkus kertas kado berwarna warni . Rapi dan cantik . Ia membuka nya pelan dan langsung mengucurkan air mata begitu saja ketika melihat apa yang ada di balik kotak tersebut . Sebuah kotak musik berbentuk piano berukirkan nama panjang Aurora di atasnya .
“Happy birthday Aurora Violetta Lucie”
Begitulah kalimat yang tertuliskan di atas kartu ucapan . Ia menangis dan menunduk dalam kesedihannya akan kehilangan sosok seorang mama pada saat hari ulang tahunnya . Begitu pedih ! Begitu sedih ! Dan begitu perih !
Menurutnya mungkin inilah ulang tahun terburuk sepanjang hidupnya . Di saat yang harusnya berbahagia kini berganti menjadi duka .
Aurora berlutut sejenak menggertakkan giginya untuk menahan tangis . Menatap Nissan bertuliskan nama mamanya . Kemudian ia berbisik pelan .
“Terima kasih mama . Aku mencintaimu.”




Medyana bonaldy

kado dari mama (PART 6)

Perjalanan panjang ia lewati dengan duduk seharian di pesawat . akhirnya pesawat yang mengangkut dirinya mendarat di Dubai untuk transit . Setelah mengurusi transitnya sejenak , Aurora langsung mengambil tiket untuk ke penerbangan selanjutnya . Ia tak ingin menunggu lama lagi karena ia sangat ingin bertemu dengan mamanya.
Sampailah ia di bandara internasional Soekarno – Hatta. Ia segera mencari taksi setelah sebelumnya ia mengantri untuk mengambil barangnya di ban berjalan dan meminta sang supir taksi untuk membawa kendaraannya secepat mungkin. Setelah sampai di depan pagar rumahnya , ia bingung sejenak . Kenapa ada banyak sekali orang di rumah yah?
Ia turun dari taksi . Setelah membayar dan meyakinkan barang bawaannya tidak ada yang ketinggalan , ia pun berlari memasuki pelataran rumahnya. Sekilas ia bisa melihat banyak sekali orang – orang berpakaian serba hitam . sebenernya ada apa ? Kegelisahan segera menggeluti hatinya . Perasaanya mendadak menjadi khawatir dan takut .
Ia berjalan perlahan memasuki pintu rumah besar yang terbuat dari kayu . Ia mencondongkan sedikit bagian kepalanya kearah dalam rumah untuk melihat kondisi. Betapa terkejutnya ia saat melihat mbok Minah , pembantu rumah tangga mamanya , menangis terisak di pinggir sebuah peti jenazah . Ia pun terduduk lemas di depan pintu rumahnya . Teman-teman mama Aurora yang mengenalnya pun langsung membantu ia berdiri . Mereka memapahnya hingga sampai di depan peti jenazah . Peti yang berisikan wanita berumur sekitar setengah abad sudah terbujur kaku dan pucat pasi . Wanita yang lebih dikenal dengan Risma Julia , mama Aurora .
Aurora terduduk lemas di samping peti jenazah mamanya . Ia tidak pernah menyangka mamanya akan pergi secepat ini meninggalkan dirinya . ia menangis sejadi jadinya sampai ia terkulai lemas tak berdaya . Aurora pun di larikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya yang lemah . Entah karena ia kelelahan menangis atau depresi yang menyerang otaknya begitu hebat.

-****-

Aurora masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit . Kini ia masih belom sadarkan diri . Setelah di periksa dokter dan di pastikan baik baik saja , mbok Minah menelpon Daniell Lucie untuk memberitahukan keadaan putrinya yang melemah dan mantan istri nya yang kini telah tiada .
Terbesit kembali dalam ingatan mbok Minah saat dimana ia gagal menyelamatkan majikannya dari maut . Tadi pagi , mbok Minah dan Risma Julia sedang berbelanja untuk keperluan sehari hari dan keperluan persiapan untuk kepulangan Aurora di sebuah supermarket yang berada di kawasan sebuah mall . Tiba-tiba saja sebuah bungkusan plastik milik Risma Julia terjatuh . Saat ia ingin mengambil bungkusan itu , dari arah seberang jalan datang sebuah mobil berkecepatan tinggi dan menabrak Risma tanpa ampun . Kini penyesalan karena tak sempat menyelamatkan majikannya itu merasuki diri mbok Minah , ia selalu merasa bersalah setiap kali mengingat kejadian yang di terima oleh majikannya .
“Mengapa bukan saya saja yang di tabrak ? Mengapa mesti nyonya?” ucapnya dalam sela tangisnya .
Kini mbok Minah berada di ruang rawat Aurora . Ia menjaga Aurora selayaknya menjaga anaknya sendiri . Jasad Risma Julia , majikannya , kini di jaga oleh segenap keluarga yang berada di Jakarta .
Lamunan Mbok Minah di buyarkan dengan bergeraknya tangan Aurora dari genggamannya . Namun hanya sesaat . Lalu ia bergeming . Diam dan sunyi . Tiba-tiba mata Aurora terbuka perlahan dan ia menggerakan kepalanya pelan . Rasa sakit mengalir melewati darahnya menuju ke otak . Membuatnya semakin sulit berpikir mengapa ia bisa berada di sini ?
“Mbok , aku dimana ini ?” Tanya Aurora sudah menggunakan bahasa Indonesia .
“Non di rawat di rumah sakit non . Tadi non sempet pingsan. “
Aurora kembali mengerutkan kening . Berusaha berpikir . Hal terakhir yang diingatnya adalah ia datang kembali ke Jakarta setelah melalui perjalanan panjang dari Paris . Tetapi tiba-tiba saja ia melihat peti jenazah dalam rumahnya dan melihat mbok Minah sudah menangis terisak karenanya.
“Mbok , mama mana?”
Mbok Minah tak langsung menjawab pertanyaan Aurora . Bimbang antara ingin memberitahukan kebenarannya atau tidak . Takut Aurora akan kembali shock dan semakin melemah kembali nantinya.
“Nyonya sudah nggak ada non .” kata – kata yang berat sekali di katakan mbok Minah dari mulutnya.
Aurora menangis kembali . Kali ini lebih kencang . Mbok Minah dan para dokter serta suster yang mendengar tangisannya kini membiarkannya begitu saja . Biarkan saja ia melepas segala rasa pedih , sedih dan rasa kehilangan orang yang paling dicintainya.
“Aku mau lihat mama mbok !” kata Aurora sambil berusaha bangkit.
“Nyonya ada di rumah non . non istirahat dulu saja . Besok baru kita melihat nyonya.” Sahut mbok Minah dengan terburu buru dan menahan Aurora agar tidak bangun dari tempat tidurnya .
Aurora tak dapat bersua lagi . Ia terlalu letih untuk mengucapkan kata demi kata yang sedemikiannya ia rantai agar terdengar tidak terlalu rapuh dengan kepergian mamanya. Ahirnya ia memutuskan untuk tidur dan beristirahat agar besok ia dapat segera mengunjungi mamanya untuk terakhir kali.

-****-

kado dari mama (PART 5)

Jam beker Aurora sudah bernyanyi dengan riangnya . Meneriakkan pada sang gadis jelita untuk segera bangun dari tempat tidurnya dan segera bersiap siap . Aurora bangkit , lalu membersihkan dirinya . Setelah berpakaian dan berdandan sekedarnya , ia pun mengambil tas jinjing dan tas kopernya. Tak lupa ia mengunci apartemennya . Baru saja ia keluar dari tempat tinggal nya selama kurang lebih 3 tahun itu , dan muncullah Bernardo mengagetkan Aurora .
“Haduh ! kamu ini ! Ngagetin aja deh !”
“Maaf deh . habis tampangmu serius banget . Jadi aku nggak mau manggil kamu tadi”
“iIa deh . Ayo berangkat ! Aku udah telat nih !”
“Iya . Iya . Temanmu mana ? Katanya ikut mengantar ?”
“Nggak tau tuh . Sakit perut katanya . Sudah biarkan saja. Ayo kita jalan !”
Aurora teringat dengan pesan yang baru ia terima setengah jam yang lalu . Lievenia yang berjanji akan ikut mengantar kepergian Aurora mendadak di serang sakit perut yang dahsyat . Sudah belasan kali ia bolak balik ke toilet . Namun tidak membaik juga . Aurora yang mengkhawatirkan sahabatnya itu pun meminta supaya Lievenia itirahat saja di rumah dan tidak ikut mengantarnya ke bandara.
Bernardo berjalan mendahului Aurora sambil membawakan barang bawaan pacar kesayangannya itu . Ia memasukkan benda benda itu ke bagasi , setelah itu membukakan pintu untuk Aurora .
Mobil sport hitam milik Bernardo melaju kencang menembus angin pagi itu. Tak heran hanya dengan beberapa belas menit perjalanan , mereka sudah sampai di bandara. Setelah mengucapkan kata perpisahan dan berpelukan sebentar , mereka pun berpisah . Aurora masuk ke dalam airport untuk mengurus keberangkatannya , sedangkan Bernardo kembali memacu mobil sport hitamnya untuk kembali bekerja. Mereka memang tak banyak mengucapkan kata perpisahan yang terlalu berlebihan karena mereka sudah sering berpisah seperti ini tetapi komunikasi tetap terjaga , jadi tidak ada lagi keraguan di antara mereka untuk berpisah dalam jangka waktu yang lama .
Jam 08.35 pesawat yang membawa Aurora terbang mengangkasa menuju ke Indonesia baru saja take off . Sepanjang perjalanan Aurora sudah terbayang-bayang wajah ibunya . Wajah yang telah lama tak dilihatnya . 3 tahun sudah ia meninggalkan Indonesia , meninggalkan ibunya . Papa dan mama Aurora berpisah saat usia nya menjelang 17 tahun . Pada saat itu gadis remaja yang berada di tengah masa belianya ini memilih tinggal bersama mamanya . Namun setelah 3 tahun belakangan ini akhirnya Aurora memutuskan untuk tinggal bersama papanya , Daniell Lucie di Paris.
Ia anak tunggal , jadi kehadirannya dalam kehidupan papa dan mamanya sangatlah penting . Maka dari itu , Aurora harus rela berkunjung ke tempat ayah dan ibunya walaupun waktunya sangat sibuk digunakan untuk kuliah dan bekerja.

Kado dari mama (PART 4)

Aurora diam . Ia tak bisa berkata kata lagi . Kalimat demi kalimat yang ingin di lontarkannya seakan habis sudah . Ia tak tau kata kata apa lagi yang sanggup mendeskripsikan kebahagiaan yang bergejolak di hatinya . Kedua tangannya terangkat menutup mulutnya . Hampir saja ia menangis , tapi kemudian di tahannya .
“Kenapa diam ? nggak suka yah sama kejutannya ?”
“Buu..buukan gitu . aku seneng banget !” kata Aurora terbata bata.
“Baguslah kalau kamu senang.” Katanya sambil tersenyum.
Bernardo mengambil sebuah kotak berpita yang ada di hadapan Aurora . Membuka bungkusnya dan menghadapkannya pada gadis yang ada di depannya.
“Untukmu. Kau suka ?”
Aurora menatap heran ke dalam isi kotak berpita itu . Kontan ia menutup mulutnya lagi . menahan dirinya untuk tidak menangis saking bahagianya . Seuntai kalung emas putih dengan liontin hati perak ditengahnya terlihat berkilau di ujung mata Aurora. Ia tidak pernah menyangka pacarnya bisa seromantis ini .
“Ini untukku ? Benar benar untukku ?”
Bernardo tidak menjawab segera pertanyaan Aurora . Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Aurora . Ia mengambil untaian kalung yang ada di dalam kotak dan memasangkan kalung tersebut di leher gadis yang paling dicintainya itu.
“Itu tanda cintaku untukmu . Jadi jangan pernah kau lepaskan dan jangan pernah kau hilangkan . Kau mengerti ?”
“Jelas aku mengerti sayang . Terima kasih untuk semua ini . Kau lah yang paling berarti untukku.” Ucap Aurora .
Sebenernya hari ini belum bisa diresmikan sebagai hari ulang tahun Aurora . Dikarenakan besok ia sudah harus berangkat ke bandara pagi pagi sekali , jadi Bernardo sengaja merayakan ulang tahun Aurora beberapa jam lebih cepat . Ia tak mau kehilangan kesempatan untuk merayakan apapun dengan kekasih hatinya itu.
Setelah makan malam , tiba tiba saja ponsel Bernardo berdering. Ia meminta waktu kepada Aurora agar membiarkannya berbicara dengan lebih pribadi. Setelah beberapa menit , Bernardo pun kembali .
“Maaf yah sayang. Aku harus pergi sekarang. Tiba tiba saja kantor membutuhkan aku”
“Iya. Nggak apa apa . Kamu pergi saja .”
“Baiklah nanti malam aku telpon kamu yah . Jangan lupa tidur cepat supaya besok bisa bangun pagi. Oke mon cher ?”
“Oke sayang. Kamu hati hati yah.”
Setelah mengecup kening Aurora , Bernardo berlari menjauh meninggalkan Aurora . Dan akhirnya disinilah Aurora . Di taman kota yang sepi dan sunyi ini . Ia malas pulang ke rumah karena ia belum merasa puas berjalan jalan seharian ini. Sekarang ia hanya menatap langit yang bertaburan bintang dan berdoa kepulangannya ke Indonesia besok akan menjadi suatu hal yang menyenangkan.
Ia menatap layar ponselnya . Sudah jam setengah sebelas rupanya . Ia segera berdiri dan bergegas pulang . Ia tidak ingin ketinggalan pesawat untuk keberangkatannya esok hari.



-****-

Kado dari mama (PART 3)

Aurora tak sempat bertanya akan kebingungannya karena sesaat setelah ia menginjakkan kakinya di restoran bintang lima itu , ia sudah di serbu oleh para serveuse7 dan tiba tiba saja, matanya di tutup oleh sehelai kain !

“Ada apa ini ?” tanya Aurora panik .
“Kamu nggak akan di apa apain kok . Tenang dan ikuti arah jalanku . Jangan sampai terlepas kalau kamu nggak ingin jatuh di depan banyak orang.” Bisik Bernardo.
Aurora pun diam dan menuruti apa yang tadi dibisikkan Bernardo . Ia melangkah dengan hati-hati sambil tetap menggenggam tangan kekasihnya . Akhirnya ia pun berhenti saat Bernardo juga menghentikkan langkahnya.
“Kita sudah sampai.” Kata Bernardo.
Bernardo membantunya duduk dan membuka kain yang menutup kedua matanya . Mata Aurora menyipit ketika cahaya mulai masuk di cela-cela bola matanya . Wajahnya yang cenderung memiliki paras Asia seperti ibunya , dan bola matanya yang biru terang seperti ayahnya, di sinari lampu retoran yang berkelap-kelip membuatnya menjadi gadis paling cantik yang telah memesona Bernardo dan mungkin semua pria yang berada di sekitarnya . Dan ketika Aurora benar benar membuka matanya dengan sempurna , ia merasa kaget dan mulutnya sedikit menganga.
“BERNARDO ! Bagus sekali pemandangan disini ! Aku baru tahu pemandangan Paris di malam hari bisa seindah ini ! Bagaimana kau bisa tau semua ini ? It’s so amazing !” katanya sedikit berseru . Kemudian maju ke arah Bernardo dan mengecup pipinya .
“Anything for make you happy mon cher.” Kata Bernardo sambil tersenyum , mengecup kembali pipi Aurora dan menatapnya penuh arti .
Aurora tersenyum cantik sekali . Masih terlihat bahwa ia mengagumi pemandangan yang di suguhkan oleh kota Paris di malam hari . Saking terpautnya ia dengan kekagumannya , Aurora tak menyadari bahwa kejutan untuknya tidak berhenti sampai di situ saja . Tiba-tiba saja datang 3 pelayan yang masing masing membawa kue tart mini , seikat bunga dan sebuah kotak kecil berikat pita . Semuanya itu di taruh di atas meja kecuali seikat bunga mawar merah yang langsung di berikan ke pangkuannya . Lalu para serveuse itu menyalakan lilin yang sudah tertancap manis di atas kue tart mini coklat yang bertuliskan namanya . Setelah seluruh lilinnya menyala dengan sempurna , para pelayan menyanyikan lagu “selamat ulang tahun” dalam bahasa Paris tentunya .
“Joyeux anniversaire mon cher8” kata Bernardo setelah lagu berakhir.

8. “selamat ulang tahun sayangku”

Kado dari mama (PART 2)

Merekapun kembali berjalan menyusuri jajaran bistro yang ada di Paris , membeli sebagian oleh – oleh dan beberapa macam makanan khas Paris . Aurora tau ibunya sangat menyukai l’escargot5 . Jadi iapun membelinya dalam jumlah yang agak banyak. Sekalian saja ia beli untuk kerabat dan saudaranya yang lain.
Setelah puas berbelanja dengan beberapa kantung plastik yang di bawa mereka berdua , akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke apartemen Aurora. Sesampainya mereka di apartemen , ternyata sudah ada Bernardo , pacar Aurora yang sepertinya sudah menunggu kehadiran mereka sedari tadi . Lievenia pun mohon diri dari hadapan mereka berdua dan berjalan pulang.
“Kamu sudah disini dari tadi ?” Tanya Aurora hati-hati.
“Iya . sudah hampir 1 jam aku menunggumu . Kemana saja ?”
“Aku tadi habis belanja oleh oleh buat keluargaku di Indonesia sama Lievenia.”
“Ohh . Berat yah ? Sini aku bantu.” Katanya langsung merebut kantung plastik yang tertenteng di tangan Aurora.
Inilah Bernardo Louise . Pacar yang setia menemani Aurora hampir setahun belakangan ini . Semenjak ia pindah ke Paris dan tinggal bersama dengan ayahnya , Bernardo lah salah satu anak teman papanya yang di kenalkan padanya. Mereka pun merasa cocok dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hubungan menjadi lebih dari sekedar teman biasa.
“Jadi ? Karena kau sudah membuatku menunggu , bagaimana kalau kau menemaniku makan malam hari ini ? Deal ?” tanyanya membuka suara.
“Baiklah . Apa sih yang tidak untukmu ?” ucap Aurora.
Setelah menaruh barang – barang Aurora di dalam apartemennya , Bernado keluar dan menggandeng tangan gadis pujaan hatinya itu keluar menyusuri jalanan yang sudah mulai gelap. Mereka terus berjalan sampai Bernardo menghentikan perjalanan mereka di Arc de Triomphe6. Mereka memasuki pelataran objek wisata Paris selain Menara Eiffel tersebut dan memasuki sebuah restoran .


5. Makanan khas Prancis
6. Tempat wisata di Paris
7. Pelayan restoran

Kado dari mama (PART 1)

Malam semakin melarut . Sang gerhana sudah menyapu awan kelam yang terlihat muram . Seorang gadis cantik duduk di bangku taman kota yang sepi itu . Kedua tangannya memeluk bahunya erat . Terlihat ia sedang menggigil kedinginan . Memang sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan di taman , apalagi taman kota yang sepi seperti ini .
Tadi seusai kuliah , ia dan sahabatnya , Lievenia , makan siang bersama di sebuah brassrie1 yang terletak di tengah kota Paris . Setelah kenyang menyantap croissant coklat dan segelas café crème2 , mereka pun bergegas pergi . Sepanjang perjalanan , mereka terlihat menikmati angin yang membelai wajah mereka dan tersenyum penuh canda tawa . Terkadang mereka berhenti di beberapa magasin3 untuk sekedar melihat lihat barang apa yang dijual dan bisa di jadikan oleh-oleh .
Besok , si gadis akan kembali ke Indonesia . Negara tempat dimana ibunya berada . Jadi ia memutuskan untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarganya yang juga bertempat tinggal disana. Mereka memasuki magasin demi magasin yang ada di sepanjang jalan. Dari mulai toko baju , toko buku , toko aksesoris dan sebagainya.
“Jadi Aurora , kau akan berangkat jam berapa besok ?” Tanya Lievenia.
“Sekitar jam 08.30 sepertinya . Kau akan mengantarku ?”
“Pasti. Aku akan menunggu di depan apartemenmu jam 08.00 . Bagaimana ? Baik sekali kan temanmu ini ?”
“Huuuuu… giliran aku sudah mau pergi aja kamu baru mau mengantarku.” Ucap Aurora dan diiringi dengan jitakan yang mendarat di atas kepala Lievenia .
“Namanya juga manusia Ra. Hehehe. Oh yah jangan lupa yah kalau saja ada cowo ganteng disana , jangan lupa berbagi padaku. Kasihanilah temanmu yang jomblo ini . Oke?” kata Lievenia sambil mengedipkan sebelah matanya.
“yah . Kalau aku sudah dapat yang bisa menggantikan Bernardo . Kamu ini . Berkata seperti aku tak akan kembali kesini aja sih .” gurauku.
“hahaha . Ya maaf . Aku kan hanya bercanda ma chérie4 .”



1. Semacam kafe yang makanannya sederhana dan cepat saji
2. Espresso dengan krim
3. Toko menjual barang
4. sayang